A. Information Technology Infrastructure Library
(ITIL)
Secara umum Information Technology Infrastructure Library
(ITIL) didefinisikan sebagai sebuah kerangka kerja yang berisi pengetahuan
praktis yang dapat digunakan dalam membantu organisasi bisnis untuk mengembangkan
dan menyediakan proses Information Technology Service Management (ITSM) (itSMF,
2007). Kerangka kerja ITIL bertujuan secara meningkatkan efisiensi operasional
TI dan kualitas layanan pelanggan (Sarno, 2009).
Teknologi informasi juga sering digunakan untuk mendukung
proses bisnis melalui manajemen layanan teknologi informasi (TSO, 2011), dalam
menjalankan prosesnya ITIL memiliki siklus hidup yang dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Tujuan dan keuntungan dari
penerapan ITIL dalam memberikan manajemen layanan Teknologi Informasi menurut
(Susanto, 2017) memiliki tiga tujuan utama yaitu :
1. Mendukung keberhasilan sebuah organisasi dengan
mensinergikan layanan TI dengan kebutuhan bisnis yang ada saat ini untuk
mempersiapkan kebutuhan dimasa yang akan datang.
2. Meningkatkan dan menjaga nilai kualitas layanan
TI secara berkelanjutan.
3. ITIL dapat menekan dan mengefisiensikan
pengeluaran untuk penyediaan biaya teknologi informasi dalam lingkup jangka
panjang.
Keuntungan dengan mengadopsi
ITIL bagi organisasi menurut (Susanto, 2017) adalah :
1. ITIL dikembangkan dengan pendekatan praktis
manajemen layanan dan framework yang dimiliki oleh ITIL dirumuskan dari best
practices perusahaanperusahaan penyedia layanan di dunia.
2. ITIL memiliki tujuan untuk menyampaikan nilai ke
bisnis dan telah terbukti meningkatkan efisiensi organisasi dan meningkatkan
kepuasan pengguna layanan teknologi informasi
3. ITIL mempunyai skala praktis yang dapat
menyesuaikan dengan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan
dalam menyediakan layanan teknologi informasi
4. ITIL dapat diadopsi oleh organisasi layanan
apapun, yang berarti ITIL cocok dan bermanfaat bagi organisasi baik kecil,
menengah maupun besar, swasta maupun publik, dengan kondisi teknis lainnya.
5. ITIL tidak terikat pada platform teknologi
apapun dalam artian merupakan sebuah vendor penyedia layanan yang netral.
ITIL merupakan framework
yang digunakan dalam menilai kelayakan sebuah layanan teknologi informasi,
dalam implementasinya framework ITIL versi 3 terbagi menjadi 4 bagian yang
masing-masing memiliki fungsi dan tugas masing-masing dalam memberikan layanan
teknologi informasi seperti pada gambar, setiap tahapan dalam ITIL tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Service Strategy
Strategi dalam menentukan layanan teknologi informasi
tentunya harus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lingkungan bisnis, hal tersebut dijabarkan bahwa strategi layanan yang baik
menurut konsep ITIL adalah harus memahami 4p dari service strategi itu sendiri
yaitu (ItSMF, 2011):
1. Perspective : memahami perbedaan dan perubahan
visi dan arah bisnis
2.
Position : memahami peta posisi dan persaingan
bisnis
3.
Plan :merencanakanan langkah-langkah dalam
mencapai visi dan tujuan perusahaan
4. Pattern : membuat langkah dasar dalam menentukan
pengambilan keputusan dan tindakan seiring dengan berjalannya waktu.
Penentuan strategi menjadi landasan krusial dalam menentukan
proses lainnya dikarenakan setiap proses akan bergantung pada kompetensi inti,
kinerja khusus dan keunggulan kompetitif sebuah organisasi dalam menyediakan
layanan informasi yang berkualitas, oleh karena ini dalam tahapan service
strategy ini dijabarkan pula Proses-proses ada pada tahapannya sebagai berikut
yaitu:
1.
Strategy Management for IT Services
2.
Service Portfolio Management
3.
Financial Management for IT Services
4.
Demand Management
5.
Business Relationship Management
b. Service Design
Service sendiri dapat diartikan sebagai memberikan nilai
lebih kepada pelanggan untuk mencapai tujuan tanpa dibebani oleh biaya lebih
dan resiko (ITIL, 2011). Maka IT Service dapat diartikan sebagai kombinasi
antara manusia, teknologi dan proses dalam mencapai proses dan tujuan bisnis
yang diinginkan, untuk mencapai kepuasan pelanggan.
Agar layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak
bisnis, layananlayanan TI tersebut harus terlebih dahulu di desain dengan acuan
tujuan bisnis dari pelanggan maupun implementasi ITSM itu sendiri.
Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu (Maita dan Akmal, 2016):
1.
Service Catalog Management
2.
Service Level Management
3.
Supplier Management
4.
Capacity Management
5.
Availability Management
6.
IT Service Continuity Management
7.
Information Security Management
c. Service Transition
Merupakan tahap peralihan dari proses desain kedalam
penggunaan secara operasional, tahap transisi menjadi jembatan antara proses
desain kedalam proses operasional menggunakan elemen-elemen yang diperlukan
pada proses yang sedang berlangsung atau untuk mendukung proses yang ada,
tahapan ini diperlukan apabila terjadi perubahan pada sistem desain, maka pada
tahap transisi dilakukan modifikasi untuk mendukung proses tersebut.
Proses-proses yang terdapat dalam service transition meliputi (ITIL, 2011):
1.
Transition planning and support
2.
Change Management
3.
Service Asset and Configuration Management
4.
Release and Deployment Management
5.
Service Validation and Testing
6.
Change Evaluation
7.
Knowledge Management
d. Service Operation
Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup
semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalamnya
terdapat berbagai panduan pada bagaimana mengelola layanan TI secara efisien
dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan dengan
pelanggan sebelumnya. Proses yang ada pada tahapan Sevice Operation meliputi
(ITIL, 2011):
1.
Event Management
2.
Request Fulfilment
3.
Access Management
4.
Problem Management
5.
Incident Management
Service operation bertujuan untuk melakukan aktivitas yang
terkait dengan operasional teknologi informasi, dalam hal ini termasuk :
1.
Pemantauan dan pengontrolan untuk mendeteksi
status layanan dan mengambil tindakan perbaikan yang tepat bila diperlukan.
2.
Menjadi titik pusat dalam memantau dan
mengontrol aktivitas layanan teknologi informasi
3.
Mengelola infrastruktur teknologi berupa,
manajemen database, fasilitas dan data center, dan aktivitas layanan direktori
4.
Menjadi salah satu proses dalam operasional
siklus hidup lainnya seperti, perubahan, konfigurasi, rilis sistem dan
ketersediaan manajemen layanan yang berkelanjutan.
e. Continual Service Improvement
Proses dalam continual service improvement dikenal dengan
nama sevenstep improvement process yang mencakup (ItSMF, 2011) :
1.
Define what you should measure
2.
Define what you can measure
3.
Gather the data Who? How? When? Integrity of
Data?
4.
Process the data frequency? Format? System?
Accuracy
5.
Analyze the data relations? Trends? According to
plan ? target met? Corrective action ?
6.
Present and use the information, assessment
summary, action plans, etc
7.
Implement corrective action
Manfaat yang bisa didapatkan oleh perusahaan bisnis dari
penggunaan ITIL dalam mendukung layanan teknologi informasinya adalah :
1. Sebagai upaya untuk meningkatkan tingkatan
layanan sistem informasi dalam lingkup organisasi perusahaan bisnis.
2. Sebagai sarana evaluasi untuk meningkatkan availabilitas
dan keamanan teknologi informasi
3.
Mengurangi dan mengefisiensikan TCO (Total
Ownership Cost).
4. Memudahkan dalam melakukan pengawasan terhadap
dokumen dokumentasi dan membentuk komunikasi peranan dan tanggun jawab personil
teknologi informasi.
5.
Sebagai sarana untuk melakukan optimalisasi
prasarana dan mengantisipasi perubahan keperluan bisnis
B. IT Service Management
a.
Service Level Management
Direkomendasikan terhadap manajemen bisnis
dalam hal ini kebijakan dari pengambil keputusan manajemen kepada bagian IT
perlu melakukan dokumentasi, monitoring dan laporan atas kebijakan yang telah
disepakati. Penjabaran service level management diperinci dalam rancangan
service level agreement pada bagian IT, hal tersebutjuga merupakan proses yang
menjadi kekurangan dari sistem yang sudah ada karena belum ada pedoman untuk
penanganan dari mulai dibuat sistem sampai dengan penggunaannya.
b.
Financial Management
Penggunaan Financial Management sudah
diterapkan atas penerapan teknologi informasi dan sistem informasi, diawali
dengan tahap penentuan anggaran pada setiap periode dari bagian IT yang
diajukan ke bagian keuangan kemudian dilakukan realisasi anggaran pada setiap
periode atas pengajuan anggaran yang telah disetujui. Tahapan atas manajemen
keuangan yang dilakukan seperti gambar berikut :
c.
Capacity Management
Direkomendasikan adanya capacity plan
berkaitan dengan penambahan fitur atau perubahan sisteminformasi maupun
pengadaan atau peniadaan teknologi yang digunakan. Perencanaan ini juga harus
dilengkapi dengan schedules dan audit apakahperencanaan telah sesuai dengan
realisasi atau belum.
d.
Continuity Management
Berdasarkan criticalbusiness processes
sudah ada Continuity Management tetapi belum dijalankan secara maksimal, yaitu
belum adanya divisi khusus yang focus pada pengembangan IT. Untuk memperbaiki
hal tersebut, maka perlu penerapan continuity management sesuai dengan ITIL V3
yang akan mendukung kelangsungan manajemen bisnis dengan memastikan fasilitas
IT yang diperlukan di dalamnya.
e.
Availability Management
Berikut aktivitas perbaikan pada Availability
Management berdasarkan aturan ITIL yaitu Reactive Activities.Reactive
Activities adalah proses monitoring, measuring analysis, investigasi
availability atas kecelakaan, pengecekkan komponen dan analisa
permasalahanpermasalahan yang mempengaruhi layanan yang ada. Dapat juga
menambahkan tools NMS, yang memiliki service, yaitu:
1.
NPM (Network Performance Management)
NPM digunakan untuk melakukan monitoring terhadap keseluruhan perangkat
network yang telah di-install.NPM juga dapat digunakan sebagai measuring
analysis jika suatu availability service terjadi sebuah kesalahan.
2.
NTA (NetFlow Traffic Analyzer)
NTA
berfungsi untuk mengetahui, mengukur, dan mengidentifikasi service availability
yang sedang berlangsung.Dapat dilakukan pengukuran sejak awal, sebelum adanya
gangguan atau masalah pada availability services.
f.
Incident Management
Incident merupakan pemulihan kegagalan yang
harus ditangani selain yang sudah ditangani dalam standar normal. Penanganan incident
pada penggunaan teknologi dan sistem informasi di STMIK AMIKOM Purwokerto belum
ada prosedur penanganan. Model implementasi Incident Management seperti pada
gambar berikut:
g.
Problem Management
Penanganan pada problem management sudah
diterapkan pada penggunaan sistem informasi yaitu dengan ditambahkannya
rancangan pesan error, tetapi prosedur penanganan problem belum dijelaskan
dalam bentuk peraturan pada penggunaan teknologi informasi.
Rekomendasi berkaitan dengan problem
management adalah:
1.
Problem statistics, data diambil dari
masalah-masalah yang muncul pada suatu periode sesuai dengan yang ditentukan
dipenetapan SLA. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai acuan apakah dengan
adanya proses IT Service Management yang mengurus seluruh manajemen masalah dan
adanya SLA masalah menjadi naik atau turun.
2.
Problem reports, laporan problem management
mengidentifikasi penanganan masalah, memperlihatkan rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk menangani masalah setiap minggu dan banyaknya masalah yang
ditangani. Hal yang tercantum dalam problem reports sama dengan data yang
tercantum dalam SLA.
3.
Diagnostic aids, melakukan pencarian terhadap
akar masalah yang terjadi pada sistem informasi maupun teknologi informasi.
Setelah itu ditangani berdasarkan prioritas penanganan masalah
h.
Configuration Management
Tidak ada laporan atas data yang dapat
melacak pemindahan komponen, data komponen yang sudah harus dilakukan perawatan
dan juga mengakibatkan masalah pada komponen muncul berulang-ulang. Masalah
data komponen IT service tersebut pada ITIL direkomendasikan perbaikan
menggunakan Configuration Management Basisdata (CMDB) yang nantinya akan
digunakan sebagai alat yang menghasilkan tidak sekedar informasi terkait
detail-detail komponen yang digunakan untuk mengatur IT service tetapi juga
melakukan pendataan atas pemindahan, perawatan dan mendata laporan atas masalah
yang ada pada komponen IT service.
i.
Change Management and Release Management
Rekomendasi alur kerja change management
dan release management sebagai berikut Change and Release schedule, jika ada
dari pengajuan incident membutuhkan perubahan, maka change management yang akan
mengidentifikasi jadwal untuk melakukan perubahan dan melalui prosedur
persetujuan, jika disetujui maka akan berlanjut ke release management. Release
Management akan mengatur implementasi terhadap setiap perubahan yang terjadi.
Kemudian Configuration Management yang mengatur data-data dalam CMDB yang
berisi setiap incident, change, release dan configuration.
Untuk meningkatkan ketersediaan IS, sangat penting
untuk memiliki pandangan holistik yang melibatkan IS, IT, ITSM, area pendukung
dan alat manajemen seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Untuk mengaktifkannya
ada empat faktor yang penting : awareness, accuracy, completeness and
manageability.
a.
Awareness
Awareness pada lingkungan dapat dikelola oleh seluruh tim organisasi TI,
dari sistem tingkat rendah Analis TI hingga tingkat eksekutif meliputi berbagai
bidang, departemen, dan lapisan manajemen dukungan TI. Pemahaman yang efektif
tentang lingkungan di seluruh organisasi TI akan memungkinkannya untuk
memberikan manajemen efektif IS dan infrastruktur TI memastikan layanan terbaik
melalui sinergi antara area internal organisasi TI. Kurangnya pemahaman yang
baik akan membatasi dan membuat pengiriman layanan rentan terhadap kesalahan,
karena dapat menyebabkan kegagalan dalam komunikasi antara berbagai tim yang
mengelola lingkungan.
b.
Accuracy
Accuracy IS ini menggambarkan komponen-komponennya (server dan aplikasi),
tingkat layanan dan ketersediaan yang harus disampaikan, dan layanan TI yang
mana dikontrak terpilih. Semua definisi ini harus dipahami secara akurat oleh
organisasi TI dan ITSM. Kurangnya manajemen yang tepat dari komponen IS, bisa
menyebabkan tidak tersedianya IS dan akibatnya masalah keuangan atau kerugian
bagi organisasi.
c.
Completeness
Completeness yang terkait dengan alat manajemen sistem diimplementasikan,
memastikan bahwa mereka benar mengelola semua komponen yang diidentifikasi
terkait dengan IS. Gagal memastikan semua sistem alat manajemen yang diterapkan
dengan benar di semua komponen dapat menyebabkan kegagalan dalam menangkap
masalah dalam IS komponen yang dapat memengaruhi ketersediaannya.
d.
Manageability
Manageability dari berbagai layanan dan alat manajemen sistem (masalah, insiden,
perubahan, ketersediaan, cadangan, kapasitas, kinerja, keamanan, dan
inventaris) dengan area pendukung TI, memastikan bahwa semua alat ITSM bekerja
dengan benar. Kegagalan untuk melaporkan dapat mempengaruhi ketersediaan IS. Misalnya,
agen pemantau basis data tidak berfungsi dan tidak mengidentifikasi bahwa basis
data berhenti dan berdampak pada IS.
Dengan memanfaatkan pandangan holistik ini semua pemangku
kepentingan di dalam organisasi TI dapat bertindak secara proaktif jika terjadi
kegagalan dan meminimalkan masalah di masa depan dalam IS yang meningkat ketersediaan.
Sumber :
https://jurnal.ibmt.ac.id/index.php/jeksekutif/article/download/194/171/
http://ejournal.amikompurwokerto.ac.id/index.php/telematika/article/view/393/361
https://www.jisem-journal.com/article/ensuring-efficient-it-service-management-to-increase-information-systems-availability-6352
https://www.cscjournals.org/manuscript/Journals/IJBRM/Volume3/Issue3/IJBRM-91.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar