Rabu, 15 Juli 2020

Penggunaan Layanan Sistem Informasi yang Efektif dan Cepat Tanggap Terhadap Permasalahan Aplikasi yang digunakan User


   

     Manajemen Layanan Sistem Informasi adalah manajemen melakukan atau melaksanakan pelayanan dalam suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

      ITSM umumnya berkaitan dengan “back office” atau masalah operasional manajemen teknologi informasi (kadang-kadang dikenal sebagai arsitektur operasi), dan tidak berurusan dengan perkembangan teknologi. Sebagai contoh, proses menulis perangkat lunak komputer untuk dijual, atau merancang sebuah mikroprosesor tidak akan menjadi fokus disiplin, namun yang menjadi perhatiannya adalah sistem komputer yang digunakan oleh pemasaran dan staf pengembangan bisnis di perusahaan baik berupa perangkat lunak dan atau perangkat kerasnya. Banyak perusahaan non-teknologi, seperti di industri keuangan, ritel, dan perjalanan, memiliki sistem teknologi informasi yang signifikan yang tidak mengenai kebutuhan pelanggannya.
      Dalam hal ini, ITSM dapat dianggap atau dianalogikan sebagai perencanaan sumber daya perusahaan/Enterprise Resource Planning(ERP) untuk IT – meskipun akar sejarah dalam operasi TI membatasi penerapannya di seluruh kegiatan besar TI lainnya, seperti IT manajemen portofolio dan rekayasa perangkat lunak
Kerangka Kerja pada Sistem Informasi

1.      Konsep dasar : mencangkup bisnis , teknis, dan manajerial berbagai komponen dan peranan layanan SI.
2.  Teknologi Informasi : pengembangan dan berbagai isu manajemen (hardware, software, jaringan)
3.   Aplikasi bisnis : penggunaan utama nya untuk operasi , manajemen, dan keunggulan kompetitif.
4. Proses pengembangan : bagaimana para praktisi dan pakar informasi merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan sistem informasi untuk peluang bisnis.
5.      Tantangan manajemen : untuk secara efektif dan etis mengelola teknologi pada tingkat pemakai akhir.



Metode Manajemen Layanan Sistem Informasi
Metode yang digunakan Manajemen Layanan Sistem Informasi :
1.      Total Quality Management (TQM)
     TQM adalah strategi manajemen yang ditunjukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi.
2.      Six Sigma
       Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang digunakan untuk mengganti Total Quality Management (TQM), sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan menghilangkan biaya.
3.      Business Process Management (BPM)
         BPM adalah suatu metode penyelarasan secara efisien suatu organisasi dengan keinginan dan kebutuhan organisasi tersebut. BPM merupakan suatu pendekatan manajemen holistic untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis seiring upaya untuk mencapai inovasi, fleksibilitas dan integrasi dengan teknologi.
4.      Capability Maturity Model Integration (CMMI)
         CMMI adalah suatu pendekatan perbaikan proses yang memberikan unsur-unsur penting proses efektif bagi organisasi. Praktik-praktik terbaik CMMI dipublikasikan dalam dokumen-dokumen yang disebut model, yang masing-masing ditunjukan untuk berbagai bidang yang berbeda.
Manfaat Manajemen Layanan Sistem Informasi
Berikut adalah manfaat Manajemen Layanan Sistem Informasi bagi Lingkungan Sekitar:
1.      Menambah kecepatan akses/aksesibilitas data yang tersaji tepat waktu dan akurat bagi para pengguna Manajemen Layanan Sistem Informasi tersebut tanpa adanya suatu perantara sistem informasi.
2.      Menjamin tersedianya keterampilan dan kualitas dalam memanfaatkan sistem informasi secara baik dan benar.
3.      Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
4.      Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.   
Keunggulan dan Kelemahan EUC/EUD

Berikut ini ada beberapa kelebihan dari EUC, yaitu:
  1. Dapat menghindari permasalahan kemacetan di departemen sistem informasi. Artinya dengan EUC, aplikasi yang dibutuhkan akan dapat diselesaikan dengan lebih cepat Karena dikembangkan sendiri oleh pemakai sistem. 
  2. Kebutuhan pemakai sistem dapat lebih terpenuhi karena dapat dikembangkan sendiri oleh pemakai, tentunya dalam hal ini pemakai akan lebih mengerti atau memahami kebutuhan informasi sendiri bila dibandingkan dengan dikembangkan oleh pihak lain. 
  3. Menambah atau meningkatkan partisipasi aktif pemakai dalam proses pengembangan sistem nya sehingga akan ada kepuasan sendiri dari pemakai sistem. 
  4. Dapat menambah kualitas pemahaman pemakai terhadap aplikasi yang dikembangkan serta teknologi yang digunakan dalam sistem.
     Selain memiliki beberapa keunggulan seperti di atas, pengembangan sistem informasi oleh pemakai (end user computing) juga memiliki kelemahan-kelemahan yang mesti mendapat perhatian pengembang sistem. Kelemahan-kelemahan itu adalah sebagai berikut:
  1. Karena pemakai sistem harus mengembangkan aplikasinya sendiri, maka dalam hal ini pemakai sekaligus pengembang sistem dituntut untuk memiliki pemahaman mengenai teknologi informasi (computer literacy) serta pemahaman tentang pengembangan sistem informasi. Dalam kenyataannya tidak semua pemakai (manajer) memiliki pemahaman yang dimaksud. 
  2. End user computing memiliki resiko dapat mengganggu bahkan merusak sistem informasi di luar yang dikembangkan oleh pemakai sistem. Akibat dari ini misalnya saja dapat merusak data pada basis data perusahaan jika pemakai sistem melakukan operasi seperti update data yang salah. 
  3. End user computing pasti akan berhadapan dengan masalah kemampuan teknis pemakai sekaligus pengembang sistem. Maksudnya end user computing ini tidak akan efektif dan efisien jika pengembangnya adalah manajer perusahaan yang harus terlebih dahulu bahasa pemrograman computer untuk dapat membangun program aplikasi yang dibutuhkan. Paling tidak ini akan sangat membutuhkan waktu. Sebaliknya jika manajer sebagai pemakai dan pengembang sistem tidak dapat membuat program aplikasinya, maka penerapan EUC juga tidak akan efektif.

Penerapan End User Computing
Dibutuhkan pemahaman mengenai teknologi sistem informasi oleh pengembang yang akan melakukan pengembangan sistem sendiri. Jadi tidak akan efektif jika pengembang sistem tidak memiliki pemahaman tentang teknologi sistem informasi yang cukup, karena hal ini dipaksakan sudah bisa dipastikan tidak akan berhasil.
Beberapa tahap agar penerapan layanan Sistem Informasi berjalan efektif :
1. Tahap inisiasi (initiation)
Yaitu tahap dimana organisasi (perusahaan) mulai pertama kali mngenal teknologi informasi. Memang secara umum perusahaan yang ada sudah melewati masa ini, meskipun masih ada juga beberapa yang masih dalam proses tahapan inisiasi ini.
2. Tahap ketularan (contagion) 
Yaitu tahap dimana organisasi (perusahaan) sudah mulai banyak yang menggunakan teknologi informasi meskipun ini dilakukan atau tidak terlalu mempertimbangkan untung ruginya dari penggunaan teknologi informasi ini. Artinya aspek keuntungan (benefit) dan biaya (cost) benar-benar dikesampingkan tetapi hanya meniru beberapa perusahaan yang menjadi pesaing (competiter). 

3. Tahap kendali (control)
Pada tahap ini organisasi (perusahaan) sudah mulai selektif di dalam penggunaan teknologi informasi. Ada hal yang dijadikan pertimbangan sebelum memutuskan penggunaan teknologi informasi seperti pertimbangan untung rugi (cost & benefit). Artinya bila ada individu atau suatu unit di dalam organisasi (perusahaan) membutuhkan teknologi informasi, bagian pengadaan akan melakukan evaluasi dulu biaya yang dikeluarkan serta keuntungan yang nantinya akan didapat dengan penggunaan teknologi informasi.
 4. Tahap matang (mature)
Pada tahap ini organisasi (perusahaan) menggunakan teknologi informasi tidak hanya mempertimbangkan keuntungan (benefit) yang akan didapatkan serta berapa biaya (cost) yang harus dikeluarkan tetapi lebih dari itu bagaimana teknologi informasi yang digunakan dapat dijadikan sebagai alat keunggulan di dalam bersaing (competitive advantage).



Sumber :


Kamis, 09 Juli 2020

Resume Manajemen Layanan Sistem Informasi



A. Information Technology Infrastructure Library (ITIL)

      Secara umum Information Technology Infrastructure Library (ITIL) didefinisikan sebagai sebuah kerangka kerja yang berisi pengetahuan praktis yang dapat digunakan dalam membantu organisasi bisnis untuk mengembangkan dan menyediakan proses Information Technology Service Management (ITSM) (itSMF, 2007). Kerangka kerja ITIL bertujuan secara meningkatkan efisiensi operasional TI dan kualitas layanan pelanggan (Sarno, 2009).
Teknologi informasi juga sering digunakan untuk mendukung proses bisnis melalui manajemen layanan teknologi informasi (TSO, 2011), dalam menjalankan prosesnya ITIL memiliki siklus hidup yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

     Tujuan dan keuntungan dari penerapan ITIL dalam memberikan manajemen layanan Teknologi Informasi menurut (Susanto, 2017) memiliki tiga tujuan utama yaitu :
1.  Mendukung keberhasilan sebuah organisasi dengan mensinergikan layanan TI dengan kebutuhan bisnis yang ada saat ini untuk mempersiapkan kebutuhan dimasa yang akan datang.
2. Meningkatkan dan menjaga nilai kualitas layanan TI secara berkelanjutan.
3. ITIL dapat menekan dan mengefisiensikan pengeluaran untuk penyediaan biaya teknologi informasi dalam lingkup jangka panjang.

Keuntungan dengan mengadopsi ITIL bagi organisasi menurut (Susanto, 2017) adalah :
1.  ITIL dikembangkan dengan pendekatan praktis manajemen layanan dan framework yang dimiliki oleh ITIL dirumuskan dari best practices perusahaanperusahaan penyedia layanan di dunia.
2. ITIL memiliki tujuan untuk menyampaikan nilai ke bisnis dan telah terbukti meningkatkan efisiensi organisasi dan meningkatkan kepuasan pengguna layanan teknologi informasi
3. ITIL mempunyai skala praktis yang dapat menyesuaikan dengan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan dalam menyediakan layanan teknologi informasi
4. ITIL dapat diadopsi oleh organisasi layanan apapun, yang berarti ITIL cocok dan bermanfaat bagi organisasi baik kecil, menengah maupun besar, swasta maupun publik, dengan kondisi teknis lainnya.
5. ITIL tidak terikat pada platform teknologi apapun dalam artian merupakan sebuah vendor penyedia layanan yang netral.

      ITIL merupakan framework yang digunakan dalam menilai kelayakan sebuah layanan teknologi informasi, dalam implementasinya framework ITIL versi 3 terbagi menjadi 4 bagian yang masing-masing memiliki fungsi dan tugas masing-masing dalam memberikan layanan teknologi informasi seperti pada gambar, setiap tahapan dalam ITIL tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Service Strategy
     Strategi dalam menentukan layanan teknologi informasi tentunya harus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis, hal tersebut dijabarkan bahwa strategi layanan yang baik menurut konsep ITIL adalah harus memahami 4p dari service strategi itu sendiri yaitu (ItSMF, 2011):
1.      Perspective : memahami perbedaan dan perubahan visi dan arah bisnis
2.       Position : memahami peta posisi dan persaingan bisnis
3.       Plan :merencanakanan langkah-langkah dalam mencapai visi dan tujuan perusahaan
4.  Pattern : membuat langkah dasar dalam menentukan pengambilan keputusan dan tindakan seiring dengan berjalannya waktu.
   Penentuan strategi menjadi landasan krusial dalam menentukan proses lainnya dikarenakan setiap proses akan bergantung pada kompetensi inti, kinerja khusus dan keunggulan kompetitif sebuah organisasi dalam menyediakan layanan informasi yang berkualitas, oleh karena ini dalam tahapan service strategy ini dijabarkan pula Proses-proses ada pada tahapannya sebagai berikut yaitu:
1.       Strategy Management for IT Services
2.       Service Portfolio Management
3.       Financial Management for IT Services
4.       Demand Management
5.       Business Relationship Management

b. Service Design 
         Service sendiri dapat diartikan sebagai memberikan nilai lebih kepada pelanggan untuk mencapai tujuan tanpa dibebani oleh biaya lebih dan resiko (ITIL, 2011). Maka IT Service dapat diartikan sebagai kombinasi antara manusia, teknologi dan proses dalam mencapai proses dan tujuan bisnis yang diinginkan, untuk mencapai kepuasan pelanggan.
      Agar layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis, layananlayanan TI tersebut harus terlebih dahulu di desain dengan acuan tujuan bisnis dari pelanggan maupun implementasi ITSM itu sendiri. Proses-proses yang dicakup dalam Service Design yaitu (Maita dan Akmal, 2016):
1.       Service Catalog Management
2.       Service Level Management
3.       Supplier Management
4.       Capacity Management
5.       Availability Management
6.       IT Service Continuity Management
7.       Information Security Management

c. Service Transition
       Merupakan tahap peralihan dari proses desain kedalam penggunaan secara operasional, tahap transisi menjadi jembatan antara proses desain kedalam proses operasional menggunakan elemen-elemen yang diperlukan pada proses yang sedang berlangsung atau untuk mendukung proses yang ada, tahapan ini diperlukan apabila terjadi perubahan pada sistem desain, maka pada tahap transisi dilakukan modifikasi untuk mendukung proses tersebut. Proses-proses yang terdapat dalam service transition meliputi (ITIL, 2011):
1.       Transition planning and support
2.       Change Management
3.       Service Asset and Configuration Management
4.       Release and Deployment Management
5.       Service Validation and Testing
6.       Change Evaluation
7.       Knowledge Management

d. Service Operation
    Service Operation merupakan tahapan lifecycle yang mencakup semua kegiatan operasional harian pengelolaan layanan-layanan TI. Di dalamnya terdapat berbagai panduan pada bagaimana mengelola layanan TI secara efisien dan efektif serta menjamin tingkat kinerja yang telah diperjanjikan dengan pelanggan sebelumnya. Proses yang ada pada tahapan Sevice Operation meliputi (ITIL, 2011):
1.       Event Management 
2.       Request Fulfilment
3.       Access Management
4.       Problem Management
5.       Incident Management

Service operation bertujuan untuk melakukan aktivitas yang terkait dengan operasional teknologi informasi, dalam hal ini termasuk :
1.       Pemantauan dan pengontrolan untuk mendeteksi status layanan dan mengambil tindakan perbaikan yang tepat bila diperlukan.
2.       Menjadi titik pusat dalam memantau dan mengontrol aktivitas layanan teknologi informasi
3.       Mengelola infrastruktur teknologi berupa, manajemen database, fasilitas dan data center, dan aktivitas layanan direktori
4.       Menjadi salah satu proses dalam operasional siklus hidup lainnya seperti, perubahan, konfigurasi, rilis sistem dan ketersediaan manajemen layanan yang berkelanjutan.

e. Continual Service Improvement
    Proses dalam continual service improvement dikenal dengan nama sevenstep improvement process yang mencakup (ItSMF, 2011) :
1.       Define what you should measure
2.       Define what you can measure
3.       Gather the data Who? How? When? Integrity of Data?
4.       Process the data frequency? Format? System? Accuracy
5.       Analyze the data relations? Trends? According to plan ? target met? Corrective action ?
6.       Present and use the information, assessment summary, action plans, etc
7.       Implement corrective action
     Manfaat yang bisa didapatkan oleh perusahaan bisnis dari penggunaan ITIL dalam mendukung layanan teknologi informasinya adalah :
1.    Sebagai upaya untuk meningkatkan tingkatan layanan sistem informasi dalam lingkup organisasi perusahaan bisnis.
2.  Sebagai sarana evaluasi untuk meningkatkan availabilitas dan keamanan teknologi informasi
3.       Mengurangi dan mengefisiensikan TCO (Total Ownership Cost).
4.  Memudahkan dalam melakukan pengawasan terhadap dokumen dokumentasi dan membentuk komunikasi peranan dan tanggun jawab personil teknologi informasi.
5.       Sebagai sarana untuk melakukan optimalisasi prasarana dan mengantisipasi perubahan keperluan bisnis

B. IT Service Management 
a.       Service Level Management
        Direkomendasikan terhadap manajemen bisnis dalam hal ini kebijakan dari pengambil keputusan manajemen kepada bagian IT perlu melakukan dokumentasi, monitoring dan laporan atas kebijakan yang telah disepakati. Penjabaran service level management diperinci dalam rancangan service level agreement pada bagian IT, hal tersebutjuga merupakan proses yang menjadi kekurangan dari sistem yang sudah ada karena belum ada pedoman untuk penanganan dari mulai dibuat sistem sampai dengan penggunaannya.

b.      Financial Management
     Penggunaan Financial Management sudah diterapkan atas penerapan teknologi informasi dan sistem informasi, diawali dengan tahap penentuan anggaran pada setiap periode dari bagian IT yang diajukan ke bagian keuangan kemudian dilakukan realisasi anggaran pada setiap periode atas pengajuan anggaran yang telah disetujui. Tahapan atas manajemen keuangan yang dilakukan seperti gambar berikut :


c.       Capacity Management
     Direkomendasikan adanya capacity plan berkaitan dengan penambahan fitur atau perubahan sisteminformasi maupun pengadaan atau peniadaan teknologi yang digunakan. Perencanaan ini juga harus dilengkapi dengan schedules dan audit apakahperencanaan telah sesuai dengan realisasi atau belum.

d.      Continuity Management
         Berdasarkan criticalbusiness processes sudah ada Continuity Management tetapi belum dijalankan secara maksimal, yaitu belum adanya divisi khusus yang focus pada pengembangan IT. Untuk memperbaiki hal tersebut, maka perlu penerapan continuity management sesuai dengan ITIL V3 yang akan mendukung kelangsungan manajemen bisnis dengan memastikan fasilitas IT yang diperlukan di dalamnya.

e.       Availability Management
        Berikut aktivitas perbaikan pada Availability Management berdasarkan aturan ITIL yaitu Reactive Activities.Reactive Activities adalah proses monitoring, measuring analysis, investigasi availability atas kecelakaan, pengecekkan komponen dan analisa permasalahanpermasalahan yang mempengaruhi layanan yang ada. Dapat juga menambahkan tools NMS, yang memiliki service, yaitu:
1.       NPM (Network Performance Management)
        NPM digunakan untuk melakukan monitoring terhadap keseluruhan perangkat network yang telah di-install.NPM juga dapat digunakan sebagai measuring analysis jika suatu availability service terjadi sebuah kesalahan.
2.       NTA (NetFlow Traffic Analyzer)
           NTA berfungsi untuk mengetahui, mengukur, dan mengidentifikasi service availability yang sedang berlangsung.Dapat dilakukan pengukuran sejak awal, sebelum adanya gangguan atau masalah pada availability services.

f.       Incident Management
      Incident merupakan pemulihan kegagalan yang harus ditangani selain yang sudah ditangani dalam standar normal. Penanganan incident pada penggunaan teknologi dan sistem informasi di STMIK AMIKOM Purwokerto belum ada prosedur penanganan. Model implementasi Incident Management seperti pada gambar berikut:
g.       Problem Management
       Penanganan pada problem management sudah diterapkan pada penggunaan sistem informasi yaitu dengan ditambahkannya rancangan pesan error, tetapi prosedur penanganan problem belum dijelaskan dalam bentuk peraturan pada penggunaan teknologi informasi.
Rekomendasi berkaitan dengan problem management adalah:
1.       Problem statistics, data diambil dari masalah-masalah yang muncul pada suatu periode sesuai dengan yang ditentukan dipenetapan SLA. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai acuan apakah dengan adanya proses IT Service Management yang mengurus seluruh manajemen masalah dan adanya SLA masalah menjadi naik atau turun.
2.       Problem reports, laporan problem management mengidentifikasi penanganan masalah, memperlihatkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menangani masalah setiap minggu dan banyaknya masalah yang ditangani. Hal yang tercantum dalam problem reports sama dengan data yang tercantum dalam SLA.
3.       Diagnostic aids, melakukan pencarian terhadap akar masalah yang terjadi pada sistem informasi maupun teknologi informasi. Setelah itu ditangani berdasarkan prioritas penanganan masalah

h.      Configuration Management
         Tidak ada laporan atas data yang dapat melacak pemindahan komponen, data komponen yang sudah harus dilakukan perawatan dan juga mengakibatkan masalah pada komponen muncul berulang-ulang. Masalah data komponen IT service tersebut pada ITIL direkomendasikan perbaikan menggunakan Configuration Management Basisdata (CMDB) yang nantinya akan digunakan sebagai alat yang menghasilkan tidak sekedar informasi terkait detail-detail komponen yang digunakan untuk mengatur IT service tetapi juga melakukan pendataan atas pemindahan, perawatan dan mendata laporan atas masalah yang ada pada komponen IT service.

i.       Change Management and Release Management
            Rekomendasi alur kerja change management dan release management sebagai berikut Change and Release schedule, jika ada dari pengajuan incident membutuhkan perubahan, maka change management yang akan mengidentifikasi jadwal untuk melakukan perubahan dan melalui prosedur persetujuan, jika disetujui maka akan berlanjut ke release management. Release Management akan mengatur implementasi terhadap setiap perubahan yang terjadi. Kemudian Configuration Management yang mengatur data-data dalam CMDB yang berisi setiap incident, change, release dan configuration.

         Untuk meningkatkan ketersediaan IS, sangat penting untuk memiliki pandangan holistik yang melibatkan IS, IT, ITSM, area pendukung dan alat manajemen seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Untuk mengaktifkannya ada empat faktor yang penting : awareness, accuracy, completeness and manageability.
a.       Awareness
             Awareness pada lingkungan dapat dikelola oleh seluruh tim organisasi TI, dari sistem tingkat rendah Analis TI hingga tingkat eksekutif meliputi berbagai bidang, departemen, dan lapisan manajemen dukungan TI. Pemahaman yang efektif tentang lingkungan di seluruh organisasi TI akan memungkinkannya untuk memberikan manajemen efektif IS dan infrastruktur TI memastikan layanan terbaik melalui sinergi antara area internal organisasi TI. Kurangnya pemahaman yang baik akan membatasi dan membuat pengiriman layanan rentan terhadap kesalahan, karena dapat menyebabkan kegagalan dalam komunikasi antara berbagai tim yang mengelola lingkungan.

b.      Accuracy
           Accuracy IS ini menggambarkan  komponen-komponennya (server dan aplikasi), tingkat layanan dan ketersediaan yang harus disampaikan, dan layanan TI yang mana dikontrak terpilih. Semua definisi ini harus dipahami secara akurat oleh organisasi TI dan ITSM. Kurangnya manajemen yang tepat dari komponen IS, bisa menyebabkan tidak tersedianya IS dan akibatnya masalah keuangan atau kerugian bagi organisasi.

c.       Completeness
       Completeness yang terkait dengan alat manajemen sistem diimplementasikan, memastikan bahwa mereka benar mengelola semua komponen yang diidentifikasi terkait dengan IS. Gagal memastikan semua sistem alat manajemen yang diterapkan dengan benar di semua komponen dapat menyebabkan kegagalan dalam menangkap masalah dalam IS komponen yang dapat memengaruhi ketersediaannya.

d.      Manageability
          Manageability dari berbagai layanan dan alat manajemen sistem (masalah, insiden, perubahan, ketersediaan, cadangan, kapasitas, kinerja, keamanan, dan inventaris) dengan area pendukung TI, memastikan bahwa semua alat ITSM bekerja dengan benar. Kegagalan untuk melaporkan dapat mempengaruhi ketersediaan IS. Misalnya, agen pemantau basis data tidak berfungsi dan tidak mengidentifikasi bahwa basis data berhenti dan berdampak pada IS.

       Dengan memanfaatkan pandangan holistik ini semua pemangku kepentingan di dalam organisasi TI dapat bertindak secara proaktif jika terjadi kegagalan dan meminimalkan masalah di masa depan dalam IS yang meningkat ketersediaan.


Sumber :
https://jurnal.ibmt.ac.id/index.php/jeksekutif/article/download/194/171/
http://ejournal.amikompurwokerto.ac.id/index.php/telematika/article/view/393/361
https://www.jisem-journal.com/article/ensuring-efficient-it-service-management-to-increase-information-systems-availability-6352
https://www.cscjournals.org/manuscript/Journals/IJBRM/Volume3/Issue3/IJBRM-91.pdf